Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari

Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari
Suasana Pantai Sore Hari

Ini adalah coretan kecil pada suatu sore...

Pada tanggal 12 Mei, saya libur kuliah karena saat itu hari minggu. Saya bangun pukul 9 pagi, sebenarnya itu udah kesiangan, namun karena terlalu sering begadang mengerjakan tugas kuliah jadi tidak apa-apalah kesiangan sekali-sekali.

Bangun tidur saya langsung menghidupkan laptop untuk mengecek blog saya, sembari mempersiapkan bahan menulis. Kebetulan kemarin malam sudah saya siapkan sedikit. Setelah membuat ringkasan-ringkasan kecil, mulailah saya menulis. Topik tulisannya ringan, yang penting bisa menuangkan isi pikiran. Setelah kurang lebih 1 jam jadilah tulisan saya, kamu bisa membaca nya disini.

Meskipun hari libur, namun tugas-tugas kuliah terus berjalan tanpa henti, tidak membiarkan saya tidur malam dengan tenang.

Rencananya hari itu saya akan melakukan survey terkait dengan salah satu tugas kuliah, lumayan menantang lah karena saya disuruh mencari site dengan ukuran 1,5-2 hektar di area tepi pantai. Untunglah saya memang tinggal dekat dengan pantai, jadi tidak perlu repot-repot untuk melancong.

Karena menemani adik bermain jadilah saya berangkat sorenya pada pukul setengah 4, tujuan saya adalah ke pantai Mertasari yang berlokasi di Sanur. Sebelum ke lokasi saya mempir dulu ke salon ibu saya untuk mengantarkan pesanan.

Saya sampai di pantai Mertasari sekitar pukul setengah 5. Sesampainya disana saya kaget...

"waduhh kok rame gini ya? Antrean motornya panjang banget, bakal lama nih..."

Ya sudah ditunggu saja. Setelah sekitar 7 hari  menit saya mengantre akhirnya sampai juga ke bapak-bapak penjual karcis parkir.

"kude niki pak?"
"2000 gus..."

(translete-nya bisa di tanya ke yang ngerti)

Saya masuk ke area parkir, dan ternyata parkirnya penuh, susah banget kalau mencari tempat parkir belum lagi pasir yang membuat motor sulit dikendalikan. Dann..setelah mondar-mandir dapet juga.

Pencarian Site 1,5-2 Hektar Untuk Yang Mulia Tugas dan Adanya Upacara Umat Waisnawa

Setelah turun dari motor, saya melihat-lihat dulu ke sekitar untuk menyesuaikan situasi. "Ada yang saya kenal gak ya? kalau ada auto ngumpet". Dan ternyata penyebab keramaian itu adalah adanya upacara dari umat Waisnawa yang memang sedang diselenggarakan di pantai Mertasari.

Sebenarnya ada untung dan ruginya, untungnya adalah saya dapat mempelajari, mendokumentasi,  serta mengambil bahan untuk tulisan di blog, dan inilah hasil tulisannya, yang sedang kamu baca ini. Namun kerugiannya adalah kegiatan survey saya tentu sedikit terganggu. Tapi tidak apalah hitung-hitung untuk menambah wawasan.

Jujur, saya sangat amat ingin mendokumentasikan upacara adat ini, tapi saya berusaha fokus dulu mencari tugas, karena tugas adalah yang utama............ tapi sambil lirik-lirik dikitlah........

Saya berjalan mengeilingi pantai dan akhirnya menemukan suatu lahan luas, lahan luas itu dipakai pengunjung untuk menaikan layangan. Kebetulan di daerah Sanur layangan memang menjadi hobi sebagian besar masyarakat.

Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari
Lahan luas sebagai bahan laporan tugas


Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari
Layangan bersama matahari sore

Setelah mengamati sekitar site dan dirasa sudah pas, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan site ini sebagai laporan tugas, mudah-mudahan diterima sama yang mulia dosen.

Dan Akhirnya Berhasil Mendokumentasikan Upacara Adat Umat Waisnawa


Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari
Orang-orang disana sangat ramah. Mereka mengikuti upacara lengkap dengan pakaian khas India

Setelah berhasil mendapat site untuk tugas, akhirnya saya bisa mendokumentasikan upacaranya. Sayapun menyiapkan kamera dan melihat-lihat dahulu ke situasi. Awalnya saya bingung, kenapa? karena para peserta yang mengikuti upacara memakai pakaian serba India... namun tarian yang ditampilkan adalah tarian Rejang Renteng.

"Bukanya tarian Rejang Renteng itu dari Bali ya? kok di acara India ada juga?"

Rasa penasaran itu semakin membuat saya semangat menelusuri upacara ini. Setelah melihat-lihat dan menelusuri lebih jauh, ternyata upacara ini bernama "Panihati Cidadahi Mahamahotsava". Upacara ini merupakan upacara umat Waisnawa di seluruh Bali, dimana tujuan dari upacara ini adalah memandikan arca dewa-dewi yang dipuja. Acara ini sendiri telah diadakan 8 kali.

Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari
Upacaranya sudah selesai

Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari
Panggung depan upacara Panihati Cidadahi Mahamahotsava 

Menurut Wikipedia, Waisnawa adalah aliran dalam Hindu, yang dalam pemujaannya lebih menitik beratkan pada Dewa Wisnu, beserta para Awataranya.

(Buat kamu yang non Hindu, Dewa Wisnu adalah salah satu Dewa agama Hindu yang memiliki kuasa untuk memelihara dan menjaga alam semesta. Sedangkan Awatara adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa yang turun ke dunia, mengambil bentuk material, untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran)

Secara keseluruhan upacara ini sangat menarik, dan banyak juga spot-spot yang menarik perhatian saya. Di sebelah Timur tempat upacara, terdapat banyak sekali dagangan yang menjual benda-benda khas india, ada aksesoris, pakaian, dan buku-buku. Ramailah pokoknya, suasana langit sore juga sangat mendukung kehangatan suasana ini.

Beberapa dagangan yang menjual aksesoris dan baju khas India..... beli gak ya??

Ada satu spot yang super menarik perhatian saya, ni bisa dilihat dibawah :
.
.
.
.
.
.
.
.

Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari

Free food for everyone! Perut keroncongan langsung gacorr hahahahha....gimana? Kesana gak?...yaudah.... yuk didekati sedikit demi sedikit.  "Sedikit-sedikit lama-lama tetap sedikit"

Saya pun kesana... sampai disana pura-pura liat-liat dulu... siapa tau ditanya kan?

"Silahkan dik"
"Ohh, nggak pak hehehe.. saya cuma mau foto-foto"
"Gak apa-apa dik silahkan diambil"
"Waduh.. terimakasih pak, maaf merepotkan, hehehehe..."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari

Wah ternyata dapet salad buah, salad buah yang terlihat seperti yoghurt ini disebut Cira. Menurut informasi dari kaum Waisnawa disana, Cira ini biasanya digunakan dalam persembahan kepada Devi Laskmi. Ohya, kaum Waisnawa ini juga merupakan kaum vegetarian.

Setelah menikmati yoghurt, saya kembali berjalan-jalan. Saya pun mampir ke toko buku, yah.. mau lihat-lihat dikitlah. Selama berjalan-jalan disana, sebenarnya ada sesuatu yang membuat saya penasaran.

Apakah itu?

Itu adalah potongan rambut yang unik para kaum Waisnawa. Bisa dilihat pada gambar dibawah, pada anak berbaju orange. Di bagian bawah, rambutnya dibiarkan memanjang. Lain lagi dengan anak ini, pada gambar kedua, kamu bisa melihat ada bapak-bapak berbaju putih yang rambutnya dipotong hampir plontos, namun menyisakan sedikit dibagian belakang untuk dipanjangkan.

Wahh... apa maksudnya itu ya..?

Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari
Nahh...rambut anak yang berbaju orange ini membuat penasaran

Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari
Begitu juga dengan bapak bapak berbaju putih di depan helm sebelah kanan

Akhirnya saya pun menanyakan ke pemilik toko buku disana. Setelah masuk ke kedai ternayata sambutannya luar biasa, disediakan kursi, diberi hidangan pula, yoghurt seperti yang tadi.

Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari
Kesini dulu cuy

"Waduh bapak.. saya mau nanya dikit-dikit aja pak, kalau gini saya jadi gugup bapakk...." 

Tapi gak apa apa lah daripada dicuekin ya kan? Kalo gini kan enak, kaya tamu kehormatan hehehe... acha acha-nehi nehi.

Saya pun mengeluarkan hp saya untuk merekam suara.

Begitu duduk, kami berdua kemudian memperkenalkan diri. Bapak itu ternyata bernama Made Joni Santana Putra. Setelah berkenalan dia pun mulai bercerita tentang upacara ini. Dan ternyata tidak main-main, bapak ini merupakan umat Waisnawa yang taat, ia telah pergi ke banyak tempat untuk berpartisipasi di acara-acara keagamaan.

Ia juga menjelaskan pertanyaan saya tentang potongan rambut unik itu.

Jadi gini ya, ini yang saya dapat simpulkan berdasarkan penjelasan pak Joni. Di dalam budaya India, guru/mahaguru sangat dihormati, nahh potongan rambut seperti itu memang sengaja dibuat sebagai sebuah ciri, bahwa ia adalah seorang murid, murid dari guru tempatnya menuntut ilmu. Nahh.. jikalau muridnya berbuat salah rambut ini akan ditarik oleh sang guru sebagai bentuk teguran agar muridnya sadar. Jika kamu adalah salah satu penikmat film-film India bertema Itihasa , potongan rambut ini mungkin tidak asing.

Perjalanan Pulang.... Go Home Baby.... Arya Going to Home...

Pembicaraan dengan pak Saputra menutup perjalanan saya di pantai Mertasari, berhubung sudah muali gelap juga. Dan sebelum pamit ke bapaknya, toko buku ini didatangi oleh Sanyasin dan rombongannya. Saya tidak tau apakah beliau yang tadi memimpin upacara atau tidak, karena saya datang di akhir acara.

Bagi kalian yang non Hindu, Sanyasin  atau Bhiksuka adalah bentuk kehidupan tertinggi umat Hindu, tingkat kehidupan yang telah terlepas dari pengaruh keduniawian, dan hanya mengabdikan diri kepasa Tuhan Yang Maha Esa dengan jalan menyebarkan agama. Orang yang telah mencapai tingkat ini sangat dan amat dihormati..

Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari
Nahh.. yang berbaju orange itu adalah seorang Sanyasin, beliau datang dari India

Perjalanan Pulang (2)

Hahh... capek juga......nulisnya.....

Karena hari sudah gelap, saya pun pamit pulang ke pak Joni. Sebenarnya selain berbicara tentang agama, beliau juga berbicara sedikit tentang budaya lokal yang kian memudar, misalnya adalah aksara Bali (tulisan Bali). Menurutnya pemerintah memang telah berkoar-koar dan penuh semangat dalam melestarikan budaya Bali.

Tapi...

Melestarikan budaya Bali baiknya dilakukan dari hal sederhana seperti mengangkat kembali eksistensi aksara Bali dalam kehidupan sosial masyarakat Bali. Bahkan beliau memiliki cita-cita ingin men-translete segala buku yang ada di toko bukunya dengan aksara Bali.

Untuk apa? Seperti yang dijelaskan tadi, membawa kembali aksara Bali ke puncak yang seharusnya.

Perjalanan Memenuhi Mandat Yang Mulia di Sore Hari
Yang berbaju putih ditengah itu adalah pak Joni. Sayangnya saya tidak sempat berfoto dengan beliau, temiakasih bapak atas segala ilmu yang telah diberikan kepada saya

Pamit ya..

Dan itu lah dia perjalanan saya pada tanggal 12 Mei di hari Minggu yang cerah. Saya sangat tidak menduga akan menemukan upacara adat khas India di pantai Mertasari, dan ternyata teman sekelas saya juga ada disana untuk mengikuti acara tersebut.

Pengalaman ini sengguh memperluas wawasan saya tentang tradisi-tradisi budaya dunia. Mungkin tidak banyak, tapi saya berharap dengan membaca tulisan ini, kamu juga tertarik untuk mempelajari kisah dan sejarah dari umat Waisnawa.

Comments

Baca Juga Tulisan Lainnya :

Momen-Momen Saat Light Yagami Terlihat Begitu Bodoh

Apa Yang Terjadi Jika Nyamuk Musnah Dari Muka Bumi?

Gema Selonding di Sanur Village Festival 2019 - Persiapan, Penampilan, Kesan dan Pesan