Cerita KKN Bagian 1 - Pemilihan Lokasi Desa yang Terlalai

Cerita KKN Bagian 1 - Pemilihan Lokasi Desa yang Terlalai

Selamat datang di Coretan Arya. Kali ini aku akan menulis kisah tentang perjalananku menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tulisan perjalanan KKN ini akan sangat panjang, karena itu kisah-kisah KKN ini akan dibagi menjadi beberapa bagian. Dan tentunya, postingan ini akan menjadi tulisan pembuka untuk cerita KKN bagian-bagian selanjutnya. Selamat membaca, kita mulai dulu dari membicarakan KKN secara umum dan bagaimana kisahku saat melakukan pemilihan lokasi KKN.

Tentang Kuliah Kerja Nyata

Kuliah Kerja Nyata, atau yang sering disingkat KKN adalah salah satu mata kuliah di semester akhir. KKN pada beberapa fakultas umumnya menjadi mata kuliah terakhir, sebelum mahasiswa mulai menyusun proposal kelulusannya. Setiap mahasiswa "tua" pasti sudah tau seperti apa kegiatan KKN itu. Bagi yang belum tau, KKN adalah perkuliahan dimana mahasiswa secara berkelompok menetap di desa dan menggunakan ilmunya untuk membantu perkembangan desa tersebut. KKN ini berlangsung kurang lebih selama 1 bulan, dan diadakan saat liburan semester. Akan ada banyak hal baru yang didapat setelah mahasiswa menyelesaikan KKN, seperti teman baru, wawasan baru, relasi baru, dan tentunya pengalaman baru. Aku juga mengalami hal itu. Pertemuanku dengan teman-teman dari berbagai jurusan dan latar belakang, membuatku sadar bahwa perbedaan itu memang nyata. Kenyataan ini membuatku berpikir kalau rencana tidak selalu berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga penting adanya perencanaan alternatif. 

Oh iya, buat yang belum tau, tempat tinggalku adalah di daerah Denpasar Selatan. Karena suatu "insiden sembrono" saat memilih lokasi KKN, aku jadi mendapat desa yang berada nun jauh disana. Saking jauhnya, setiap 2 hari sekali harus isi bensin motor, bayangkan saja.

Pemilihan Lokasi Desa untuk KKN

Setiap mahasiswa diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri lokasi KKN. Teman-temanku ternyata sudah ada yang memiliki rencana lokasi. Ada yang berencana KKN di domisili sendiri agar tidak sukar selama menjalaninya, ada juga yang ingin KKN di desa lain agar bisa sekalian jalan-jalan dan mencari tantangan. Diantara dua jenis itu ada yang hanya ikut-ikutan temen, ikut-ikutan gebetan, bahkan ikut-ikutan pacar. Sebetulnya tidak apa-apa, semua ada baik dan buruknya. Yang penting jangan sampai memilih desa KKN karena ikut-ikutan pacar temen, bahaya sekali teman-teman, hanya dilakukan oleh profesional. Sistem pemilihan lokasi KKN dilakukan secara daring melalui website kampus. Untuk yang tidak memilih atau terlewat dari batas waktu yang ditentukan, akan dipilihkan lokasi KKN secara acak oleh sistem.

Ceritanya, aku sudah melihat pengumuman mengenai jadwal pemilihan lokasi KKN. Rencananya aku akan melakukan KKN di desa lain agar mendapat pengalaman baru. Namun aku belum menentukan secara tegas dimana desa yang aku akan pilih. Biarpun akhirnya mendapat desa di kabupaten/kota lain, ya tidak apa-apa, yang penting jangan sampai terlalu jauh. Sebetulnya aku sedikit khawatir kalau KKN di desa yang jauh, karena aku belum terlalu mengenal wilayah lain selain di kota sendiri. Agar bisa lebih santai memilih desa, aku sudah mengingat baik-baik jadwalnya. Jadwal pemilihan lokasi KKN untuk jurusan arsitektur adalah pukul 16.00-17.00 Wita.

Mendekati waktu yang tertera di jadwal aku sudah menyiapkan laptop. Wifi sudah kuhidupkan dan website sudah ku akses. Sambil menunggu pemilihan lokasi, aku iseng membuka grup chat kelas. Ternyata ramai sekali teman-teman membicarakan lokasi KKN yang akan mereka pilih. Aku agak curiga, karena teman-teman sudah tau desa apa saja yang ditawarkan oleh sistem. Aku langsung menghubungi teman baik ku. Ternyata ia sudah memilih lokasi desa KKN melalui website. Aku merasa sedikit bingung namun tetap mencoba untuk tenang. Untuk memastikan, aku kemudian mengecek lagi jadwal pemilihan. Benar saja, rupanya aku salah melihat jadwal. Waktu yang disediakan untuk jurusan arsitektur ternyata dimulai dari pukul 15.00-17.00 Wita. Kemudian dengan tergesa-gesa aku langsung membuka website.

Begitu memasuki website aku pun diperlihatkan daftar desa-desa yang dapat aku pilih. Aku mengakses website sekitar pukul 4 sore, dan pilihan desa yang disediakan tinggal sedikit. Desa-desa terdekat dari domisiliku tidak dapat aku pilih lagi karena kapasistasnya sudah penuh. Semakin lama jumlah pilihan desa semakin menyusut, yang tersisa hanya beberapa desa dari 2 kabupaten. Setelah bertukar pikiran dengan orang tua, akhirnya aku memilih yang jaraknya terdekat dari rumah. Pilihanku jatuh pada sebuah desa di kecamatan Sidemen, kabupaten Karangasem, yang bernama desa Tangkup. Sistem menyediakan 2 pilihan kelompok untuk desa Tangkup, yaitu Tangkup A dan Tangkup B. Dengan intuisi yang ku banggakan, aku putuskan untuk masuk ke kelompok Tangkup A. 

Sesudah memilih lokasi KKN, aku mencari-cari informasi mengenai siapa saja anggota kelompok ku. Ternyata datanya belum dapat diakses. Sebenarnya aku sangat penasaran, teman-teman seperti apa yang nanti akan kuajak KKN. Belum lagi teman-teman jurusanku ternyata tidak ada yang memilih lokasi di kabupaten Karangasem. Kemudian aku lanjutkan mencari informasi KKN yang pernah berlangsung di desa Tangkup. Dengan ini setidaknya aku bisa membayangkan apa saja kegiatan yang nanti aku lakukan. 

Melihat Media Sosial Kelompok KKN Desa Tangkup Terdahulu  

Tampaknya cukup mudah mengakses informasi kegiatan KKN terdahulu di desa Tangkup. Semua informasi dan foto-foto aku dapatkan lewat instagram. Kelompok KKN di setiap periodenya ternyata membuat akun instagram sendiri. Di akun tersebut mereka membagikan foto, video, dan sorotan story di setiap kegiatannya. Desain instagramnya keren-keren semua, perletakan feed juga diatur sedemikian rupa agar terlihat artistik. Di antara akun-akun tersebut, aku menemukan akun instagram kelompok KKN desa Tangkup terdahulu. 

Setelah aku amati, ternyata terakhir kali kampusku melakukan KKN di desa Tangkup adalah pada tahun 2019. Ada banyak dokumentasi kegiatan yang aku amati di akun instagram nya, mulai dari foto, video, maupun story. Aku cukup tertegun saat melihat poster pergelaran tari dan drama gong pada salah satu postingan mereka. Ternyata pergelaran tersebut digunakan sebagai acara perpisahan antara kelompok KKN dan masyarakat desa. Hebat sekali. 

Namun di antara semua itu, yang paling menarik perhatianku adalah poster grid yang menunjukan bagan struktur. Bagan struktur itu menampilkan struktur organisasi selama kegiatan KKN berlangsung. Susunan struktur terdiri dari DPL (Dosen Pembimbing Lapangan), kordes, wakil kordes, sekretaris, bendahara, ketua divisi, dan anggota divisi. Selama mengamati bagan tersebut, mataku selalu tertuju pada kedudukan kordes. 

Kordes kedudukannya terletak paling atas, membawahi posisi-posisi lainnya. Hal itu menunjukan bahwa seorang Kordes akan menjadi pemimpin yang memandu teman-teman selama kegiatan KKN. Aku terkesima memikirkannya. Aku membayangkan apabila aku menjadi kordes, aku bisa merasakan apa yang para pemimpin rasakan, seperti teman-temanku yang pernah menjadi ketua panitia atau ketua organisasi. Mereka semua membawa tanggung jawab yang besar. Aku berharap semoga aku tidak terpilih menjadi kordes.

Setelah mendapat banyak informasi dan cerminan kegiatan, aku menghubungi teman-temanku. Ternyata banyak yang mendapatkan lokasi KKN tidak jauh dari domisili mereka. Ada juga yang memlih lokasi KKN di kampung halaman, bahkan ada juga yang melakukan KKN di luar Bali karena belum bisa kembali akibat pandemu. Sedangkan aku, seperti ceritaku diatas mendapatkan lokasi KKN yang tidak terduga dan jauh dari rumah. Nama desanya saja bahkan baru pertama kali aku dengar. Tetapi tidak apa-apa, semoga saja kegiatan KKN ini menyenangkan dan memberikan aku manfaat untuk ke depannya.

- Bagian 1 Selesai

Termikasih sudah membaca cerita KKN bagian 1 ini. Ikuti bagian selanjutnya di Coretan Arya.

Comments

Baca Juga Tulisan Lainnya :

Momen-Momen Saat Light Yagami Terlihat Begitu Bodoh

Apa Yang Terjadi Jika Nyamuk Musnah Dari Muka Bumi?

Gema Selonding di Sanur Village Festival 2019 - Persiapan, Penampilan, Kesan dan Pesan